"Emang negara ini diatur oleh massa?
Mau cara preman apa negara ini?"
Mau cara preman apa negara ini?"
Kedatangan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) untuk meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)
Penjaringan Indah di Jl Wacung, RW 016, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara, mendapat penolakan dari ratusan warga.
Aksi penolakan ini berujung anarkis saat ratusan warga itu gagal menghadang mobil Ahok dan rombongan yang melewati Jalan Bandengan Utara. Kedatangan Ahok pun dijaga ketat polisi. Warga sempat melempari petugas dengan batu. Petugas merespons dengan menembakkan gas air mata.
Ahok mengaku penolakan warga Jakarta Utara sudah bukan hal asing. Dia bercerita, beberapa waktu lalu aksi serupa juga pernah dilakukan saat Ahok akan meresmikan RPTRA Koja.
Kala itu, Ahok batal menghadiri acara peresmian karena melepas kepergian Presiden Joko Widodo untuk kunjungan kenegaraan ke Jepang di Bandara Halim Perdanakusuma.
"Dulu saya batal waktu itu (mau resmiin RPTRA) karena tiba-tiba harus antar Pak Jokowi. Terus kasih ke wakil, sejak itu lah mereka ngomong, pokoknya kalau Ahok mau resmikan manapun enggak boleh, kecuali wakil. Memangnya siapa lu?," kata Ahok di Balai kota, Jakarta, Jumat (24/6).
Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Hariyadi dan Satpol PP juga sempat menyarankan agar Ahok membatalkan agendanya datang ke RPTRA dengan alasan keamanan. Sebab, warga telah membuat barikade dan siap menghadang Ahok. Tapi, Ahok mengaku tidak mempedulikan 'gertakan' itu.
"Ya kan ini juga sama usulan dari Wali Kota semua. (Dia bilang) lebih baik bapak enggak usah datang resmiin RPTRA. Saya bilang yang tanda tangan siapa? Saya, ya saya dong datang. Dia bilang ada massa," jelasnya.
"Ya dia memang saranin (enggak usah datang). Satpol PP juga begitu. Ini kan memang model-model gertak, gitu sudah sering," sambung Ahok.
Mantan Bupati Belitung Timur ini memastikan selama aparat keamanan masih mampu melakukan pengamanan, dirinya tak keberatan untuk tetap hadir, walaupun warga menolak datang.
"Ya saya bilang tanya polisinya. Masa kalau ada massa enggak boleh dateng emang negara ini diatur oleh massa? Mau cara preman apa negara ini? Ya saya tetap datang polisi tanggung jawab dong," ujarnya. [tx]
Aksi penolakan ini berujung anarkis saat ratusan warga itu gagal menghadang mobil Ahok dan rombongan yang melewati Jalan Bandengan Utara. Kedatangan Ahok pun dijaga ketat polisi. Warga sempat melempari petugas dengan batu. Petugas merespons dengan menembakkan gas air mata.
Ahok mengaku penolakan warga Jakarta Utara sudah bukan hal asing. Dia bercerita, beberapa waktu lalu aksi serupa juga pernah dilakukan saat Ahok akan meresmikan RPTRA Koja.
Kala itu, Ahok batal menghadiri acara peresmian karena melepas kepergian Presiden Joko Widodo untuk kunjungan kenegaraan ke Jepang di Bandara Halim Perdanakusuma.
"Dulu saya batal waktu itu (mau resmiin RPTRA) karena tiba-tiba harus antar Pak Jokowi. Terus kasih ke wakil, sejak itu lah mereka ngomong, pokoknya kalau Ahok mau resmikan manapun enggak boleh, kecuali wakil. Memangnya siapa lu?," kata Ahok di Balai kota, Jakarta, Jumat (24/6).
Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Hariyadi dan Satpol PP juga sempat menyarankan agar Ahok membatalkan agendanya datang ke RPTRA dengan alasan keamanan. Sebab, warga telah membuat barikade dan siap menghadang Ahok. Tapi, Ahok mengaku tidak mempedulikan 'gertakan' itu.
"Ya kan ini juga sama usulan dari Wali Kota semua. (Dia bilang) lebih baik bapak enggak usah datang resmiin RPTRA. Saya bilang yang tanda tangan siapa? Saya, ya saya dong datang. Dia bilang ada massa," jelasnya.
"Ya dia memang saranin (enggak usah datang). Satpol PP juga begitu. Ini kan memang model-model gertak, gitu sudah sering," sambung Ahok.
Mantan Bupati Belitung Timur ini memastikan selama aparat keamanan masih mampu melakukan pengamanan, dirinya tak keberatan untuk tetap hadir, walaupun warga menolak datang.
"Ya saya bilang tanya polisinya. Masa kalau ada massa enggak boleh dateng emang negara ini diatur oleh massa? Mau cara preman apa negara ini? Ya saya tetap datang polisi tanggung jawab dong," ujarnya. [tx]
Categories:
Nasional